3 Rahasia UMKM Sukses Go Online
Haloniaga.com - Masih pakai cara konvensional atau mau melesat dengan cara kebaruan? Ya, semua pilihan di tangan masing – masing. Tapi, kalau saya sih pilih omsetnya melesat seperti roket.
Sudah bukan rahasia jika pasar digital mengambil peran penuh pada situasi pandemi ini. Bisnis dipaksa melakukan digitalisasi diri.
Meski begitu, tercatat baru 15% atau 9,4 juta dari total 64 juta pelaku UMKM yang sudah eksis di dunia digital.
Untuk itu Haloniaga mengulas diskusi yang dilakukan niagahoster dengan Jacob Win, Ketua Pusat Bisnis dan Kewirausahaan Universitas Kanjuruhan Malang (UNIKAMA).
Berikut 3 Rahasia UMKM Sukses Go Online :
1. Mindset Untuk Go Online
Ketika membahas tentang persiapan pemilik UMKM dalam menghadapi tantangan bisnis, aspek-aspek yang seringkali disebut adalah pendanaan, wawasan, atau infrastruktur. Namun belum banyak yang membahas tentang mindset.
Padahal, menurut Jacob, mindset merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipertimbangkan oleh UMKM. Karena mindset dapat memotivasi pemilik UMKM untuk melakukan transformasi digital.
“Sorry to say, UMKM ini jargonnya emang ‘UMKM Naik Kelas’. Tapi, dari sekian banyak UMKM yang ada, itu hanya sedikit banget yang mindsetnya ikutan ter-upgrade”, ucap Jacob.
Kegusaran Jacob memang wajar. Karena saat ini jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 175 juta jiwa. Dan peluang sebesar ini justru tak dimanfaatkan oleh sebagian besar UMKM.
“Mayoritas pemilik UMKM masih memiliki mindset konvensional. Dalam artian, mereka masih melakukan aktivitas bisnis hanya untuk makan hari ini. Sehingga mereka tidak berpikir jauh ke depan”, ujar Jacob.
Dampaknya, masih sedikit UMKM yang menganggap transformasi digital sebagai strategi bertahan untuk jangka panjang. Karena pencapaian bisnis hari ini dianggap sudah cukup.
Tidak hanya itu, mindset konvensional pun kerap mempengaruhi keputusan pemilik UMKM saat melakukan pengembangan bisnis.
“Mereka membangun bisnis dari apa yang mereka bisa, bukan berdasarkan pada market demand. Nah, mindset ini yang perlu diubah. Harusnya mereka mengarah pada market demand dulu. Sehingga tahu apa yang lagi trend di market dan sebagainya”, pesan Jacob.
Jacob bercerita bahwa di antara bisnis-bisnis yang ia bimbing, sebagian di antaranya masih memiliki mindset konvensional. Sebagai contoh, ada bisnis sambal pecel yang menjalankan bisnis hanya dengan mengandalkan strategi “resep warisan keluarga”.
“Kemudian, ada juga pengusaha yang bikin produk keramik khusus untuk model vas bunga. Alasan dia bikin produk itu karena di lingkungan sekitarnya pada bikin keramik”, tambah Jacob.
Mengandalkan sumber daya yang dimiliki oleh bisnis memang tidak salah. Namun yang patut dikhawatirkan adalah ketika wawasan pasar menjadi terabaikan. Padahal, keduanya perlu dipadukan agar tujuan bisnis jangka pendek dan jangka panjang bisa tercapai.
Dengan memiliki mindset yang tepat, para pengusaha dapat mewujudkan potensi sumber daya yang mereka miliki melalui transformasi digital.
2. Wawasan Pemasaran Online
Selain memiliki mindset yang tepat, pemilik UMKM harus mengasah wawasan mereka agar mampu mengelola bisnis online-nya dengan baik.
Menurut Jacob, ada tiga wawasan yang wajib dipahami oleh UMKM agar bisa sukses online. Yang pertama adalah marketing, yang kedua adalah product development, dan yang terakhir adalah strategi dan manajerial.
Dengan ketiga wawasan tersebut pemilik UMKM akan paham cara mengembangkan produk, cara memasarkannya, serta cara mengelola bisnisnya dalam jangka panjang.
Sayangnya, menurut Jacob, masih banyak pemilik UMKM yang belum tertarik untuk berinvestasi wawasan. Alasan umumnya adalah karena biaya.
Padahal wawasan pemasaran online tidak hanya bisa didapat melalui platform berbayar seperti Skill Academy atau Udemy. Ada juga platform gratis seperti Niagahoster Course untuk mendapat berbagai wawasan pemasaran online.
Tidak hanya itu, Jacob pun menyarankan para pemilik UMKM untuk mencari mentor. Sehingga mereka dapat dibimbing untuk mengembangkan bisnisnya.
“Kalo pemilik UMKM mau dapat knowledge, pertama kali mereka harus punya mentor. Karena tanpa adanya mentor, bukannya mereka ga bisa jadi gede ya, tetapi itu perlu waktu, dan mereka kan butuh eksperimen.”, ujarnya.
Sehingga, dengan bimbingan mentor dan wawasan digital marketing yang mumpuni, para pemilik UMKM bisa semakin siap dalam menjalankan transformasi digital.
3. Jaringan Bisnis yang Solid
Tentunya para pemilik UMKM tidak dapat bekerja sendiri. Mereka perlu membangun jaringan agar bisnis mereka bisa berjalan dengan baik. Inilah mengapa Jacob menginisiasi program business matching bagi usaha-usaha yang dikembangkan di Pusat Bisnis dan Kewirausahaan UNIKAMA.
“Kami menggandeng para venture capital (investor) maupun dunia industri. Supaya temen-temen startup kami ini bisa memiliki jaringan pemasaran yang luas maupun jaringan pendanaan”, ujarnya.
Luasnya jaringan bisnis bisa memperkaya wawasan industri serta memunculkan peluang untuk berkolaborasi. Hal ini juga penting untuk meningkatkan kesadaran digital bagi pemilik UMKM yang belum familiar dengan go online.
“Di Kota Malang, mayoritas pelaku UMKM itu adalah orang-orang yang usianya sudah di atas 40 tahun. Sehingga awareness mereka terhadap digital agak berkurang”, jelas Jacob.
Sulitnya pengusaha tua untuk beralih ke platform online memang bukan masalah baru. Biasanya penyebabnya karena kurang familiar dengan penggunaan berbagai platform online, mulai dari media sosial hingga website.
Menurut Jacob, masalah ini bisa diatasi dengan mendorong kolaborasi antara pengusaha senior dengan generasi millennial.
“Nah anak-anak millennial bisa didapat di mana? Bisa didapat melalui inkubator bisnis di kampus-kampus. Kemudian dari generasi millennial inilah biasanya strategi-strategi digital marketing muncul”, lanjut Jacob.
Dengan begitu, generasi baru bisa membantu mengembangkan bisnis senior melalui platform digital. Di sisi lain, mereka juga bisa mendapatkan pengalaman berharga dari para pebisnis senior.
Dan dengan mindset dan strategi yang tepat, besar peluang bagi UMKM untuk eksis serta bersaing melalui platform digital. Harapannya, kedepan UMKM di Indonesia semakin mampu beradaptasi dengan teknologi, juga memanfaatkannya.
Posting Komentar
komentar teratas
Terbaru dulu